Thursday, December 3, 2015

Menjadi Kakak yang Baik

Menjadi anak terakhir dan yang termuda di keluarga membuat saya terbiasa untuk menerima, mengikuti, meniru, dan menjalani segala sesuatu hanya berdasarkan apa yang dapat saya lihat, tanpa banyak bertanya, dan tak peduli apakah saya harus membagikan dan menurunkannya atau tidak. Lucunya, hal ini terus terbawa hingga saya terjun ke bentuk dunia sosial yang berbeda, sebut saja sekolah dan kampus. 

Berada di tingkat akhir di Kampus ITB, saya menjadi terlalu familiar dengan kata "kaderisasi". Singkatnya, kaderisasi adalah proses penurunan nilai dalam rangka membentuk generasi penerus. Bicara tentang kaderisasi, ah saya bukan ahlinya. Tapi salah satu pelajaran yang saya ambil dari proses ini, dengan sedikit mengutip beberapa pendapat dari teman-teman saya, adalah tentang kesadaran untuk menurunkan nilai-nilai baik dengan segala kerendahan hati dan ketulusan yang diiringi harapan bahwasanya sang "kader" dapat menjadi seseorang yang jauh lebih baik. Singkatnya, adalah tentang:

"Menjadi Kakak yang Baik"

Saya mencoba mendefinisikan sendiri kata-kata tersebut. Menurut saya, "Menjadi Kakak yang Baik" bisa tentang memaksa diri menjadi contoh yang baik untuk adik-adiknya, bisa tentang melakukan sesuatu dengan memikirkan dampaknya untuk generasi di masa depan, bisa tentang semangat menurunkan hal-hal baik untuk menjadikan sang adik orang-orang yang lebih baik. Kalimat tersebut bukanlah hal yang mudah dan sederhana untuk dilakukan. Ditambah, banyak orang merasa dengki atau jijik mendengarnya. Padahal, frasa tersebut bahkan dapat dimaknai lebih luas, bukan hanya sekedar digunakan dalam hubungan antar senior-junior di kampus, tapi juga dalam setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia di muka bumi. 

Sebut saja cerita kakek tua yang menanam pohon yang baru akan berbuah ketika ia diperkirakan sudah tiada, agar manusia di masa depan dapat menikmatinya, adalah bukti semangat beliau untuk "Menjadi Kakak yang Baik".
Sebut saja penemu telepon, perjuangan mereka untuk membuat manusia di masa depan dapat lebih mudah berkomunikasi adalah bukti semangat mereka untuk "Menjadi Kakak yang Baik".
Sebut saja penemu internet, perjuangan mereka untuk membuat manusia di masa depan dapat lebih mudah mendapatkan informasi adalah bukti semangat mereka untuk "Menjadi Kakak yang Baik".
Sebut saja hal kecil seperti mengajarkan adik tingkat cara membuat proposal sponsor yang baik, agar semata-mata acara yang dikelolanya dapat berjalan dengan lancar, adalah bukti semangat mereka untuk "Menjadi Kakak yang Baik".
Sebut saja badan pengurus himpunan yang berjuang sekuat tenaga untuk mengelola keuangan himpunan, walaupun sering dicerca karena tingkat kepelitan luar biasa, tapi semua dilakukan semata-mata hanya agar dapat menyisihkan banyak bagian untuk badan pengurus selanjutnya.

"Menjadi Kakak yang Baik" sepertinya merupakan pelajaran penting yang dapat membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk dihidupi.

Namun, membangun kesadaran kita untuk memperjuangkannya memang bukan perkara mudah. Pun kalau sudah sadar, terkadang kita masih selalu mentok ketika dituntut untuk menyadarkan orang lain dan mati kutu ketika mendapatkan respon-respon seperti:
"Yaelah kayak lo udah bener aja." 
"Emang apa untungnya buat gue?"
"Yaudah kan mereka ini yang sengsara, nasib lah." 
"Terus kalo minyak habis kenapa? 40 tahun lagi gue udah mati."
"Tahun lalu juga gitu, ya biarin aja biar mereka ngerasain susahnya kita dulu." 

 Lucunya, terkadang saya merasa respon-respon tersebut ada benarnya juga. 

Sayapun merenung semalaman hingga akhirnya menemukan alasan (untuk diri saya sendiri) mengapa saya harus memperjuangkannya. Alasan tersebut saya coba rangkum dalam 5 poin berikut:

1. Tentu saja, Al-Quran.
Sebagai seorang muslim, Al-Quran adalah pedoman hidup yang harus selalu saya pegang dan tidak boleh saya ragukan kebenarannya. Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi (singkatnya, khalifah adalah pemimpin yang bertugas "mengurus" bumi, serta akan saling menggantikan satu dengan yang lainnya). Adam a.s adalah khalifah pertama yang diciptakan oleh Allah. Adam diajarkan oleh Allah beragam nama dan mendapatkan penghormatan berupa sujudnya malaikat kepadanya.

"Allah berfirman, 'Hai Adam, beritahukanlah nama-nama benda ini kepada mereka.' Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda ini, Allah berfirman, 'Bukankah sudah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan sembunyikan?" (Al-Baqarah: 33)

Jelas Allah disini secara langsung mengajarkan Adam dan berseru agar Adam memberitahukannya kepada seluruh alam, agar dapat mempersiapkan pengganti atau penerus estafet kepemimpinan. Selain contoh ini, banyak sekali ayat-ayat yang bercerita tentang kaderisasi dan atau regenerasi. Adapun cerita para nabi yang selalu berjuang untuk menurunkan nilai-nilai baik kepada keluarganya, juga seruan untuk menjaga bumi dan seluruh isinya:

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahma Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu. Maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami)bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS Al A’raf : 56-58)

2. Sebagai Ungkapan Rasa Syukur dan Terima Kasih.
Tak banyak orang yang menyadari bahwa kehidupan kita hari ini adalah hasil jerih payah perjuangan generasi kita terdahulu. Kemerdekaan Indonesia, teknologi berupa laptop, sarapan sereal, televisi, internet, telepon genggam, semua adalah contoh semangat generasi terdahulu untuk "Menjadi Kakak yang Baik". Hutan gundul, tambang freeport yang semakin tak karuan, semua adalah contoh ketidakpedulian generasi terdahulu tentang "Menjadi Kakak yang Baik". Agar tidak kehilangan hal-hal yang kita punya, Tuhan menuntut kita agar selalu bersyukur. Oleh sebab itu, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan rasa terima kasih kepada generasi terdahulu, kita harus menjaga apa yang kita punya hari ini, dengan meneruskan semangat "Menjadi Kakak yang Baik" yang telah mereka perjuangkan dahulu. 

3.  Imagine If Your Children...
Ketika kamu kesulitan menurunkan egomu untuk memikirkan umat manusia yang kamu rasa (mungkin) tidak memikirkanmu, pikirkanlah anak cucumu. Bayangkan anak cucumu kesulitan dalam hal akademik dan tidak ada yang menolongnya karena kamu tidak pernah menanamkan untuk selalu berbagi ilmu dalam kuliah, bayangkan anak cucumu tertekan karena terlilit banyak hutang akibat kegagalan divisi sponsorship karena kamu tidak pernah berbagi tentang bagaimana cara mendapatkan sponsor yang baik, bayangkan anak cucumu tak dapat lagi menghirup oksigen bersih karena kamu menggundulkan hutan-hutan yang ada, bayangkan anak cucumu menjadi budak bangsa asing karena kamu dan kebijakanmu yang terus-terusan membuat bangsa kita dijajah perlahan.
Dan ketika kamu belum dapat membayangkan sebesar apa rasa cintamu kepada anak cucumu, lihatlah mata kedua orang tuamu, maka kamu akan mengerti.
Ada sebuah doa yang selalu dipanjatkan oleh kedua orang tua saya, yang membuat saya tahu betapa besar cinta mereka dan kekhawatiran mereka terhadap masa depan saya:

"Ya Allah, jika anak-anakku tidak berhasil menjadi manusia yang memanusiakan manusia di jalan-Mu, maka biarkanlah mereka tetap menjadi manusia di hari Engkau memanggil mereka kembali."

Silahkan baca lagi makna lebih dalam dari "memanusiakan manusia" di link yang lain, hehehe. Dari doa sederhana itu saya tahu saya harus berjuang untuk masa depan anak-cucu saya, walaupun tidak mudah prosesnya. 

Kalian juga dapat membuka tautan yang masih dapat dibilang hangat hari ini:
https://www.facebook.com/notes/mark-zuckerberg/a-letter-to-our-daughter/10153375081581634

4. Percaya Karma.
Saya adalah salah satu orang yang sangat percaya dengan karma. Saya percaya kita akan diperlakukan sebagaimana kita memperlakukan orang lain. Oleh karena itu, tanpa mengelak bahwa diri ini memiliki rasa pamrih, saya merasa harus selalu berusaha memperlakukan manusia lain sebagaimana saya ingin diperlakukan. Dan sebagaimana saya selalu berharap mendapatkan "warisan" yang baik dari para terdahulu, saya pun harus berusaha mewariskan yang baik-baik untuk masa depan generasi selanjutnya.

5. Seseorang Tidak Boleh Bicara Tentang Satu Hal Baik dengan Seolah-olah Ia Sempurna, Namun Tidak Juga Harus Menjadi Sempurna untuk Bicara Tentang Satu Hal Baik.
Sepertinya jika dibaca berulang kali, poin nomor 5 sudah cukup jelas.

Kalian juga masih dapat mencari dan menemukan alasan kalian sendiri. Saya pun masih belajar untuk percaya bahwa:
"The Future Belongs To Those Who Give Next Generation Reasons For Hope."



Utari
13012087
Mahasiswa Tingkat 4, yang masih berjuang keras untuk dapat "Menjadi Kakak yang Baik".

Tuesday, October 20, 2015

Baperness.

Government is all about service.
You cannot yell at them about their desire to take, as long as you, yourself, still cannot learn your precious lesson: 
a will to serve.

Ada banyak hal yang harus dilakukan dengan bermodalkan keyakinan bahwa manfaatnya akan datang, entah dimana, dengan cara apa, dan kapan. 
Ada banyak hal yang harus dimaknai lebih dalam, bukan hanya melalui sesuatu yang dapat dilihat saja.

Tuesday, June 30, 2015

I Thank You, 6th Semester.

Semester paling ter-biasa-sama-badai.
Badainya tidak pernah reda, namun ya, tetap biasa.
Mulai dapat mencoba belajar memandang sesuatu dari sisi yang berbeda.
Mulai dapat mengendalikan emosi untuk berdebat, dan mulai belajar mendengar.

P.S. Terima kasih IPnya naik, ya Allah. Hurrah!

I Thank You, 5th Semester!


Tidur 2 jam dari 72 jam melek.
Diusir dosen 2 kali karena penggunaan Bahasa yang kurang tepat.
Banyak lihat orang mengeluh sampai belajar untuk tidak mengeluh.
Hardest semester untuk Laptop yang selalu ditinggal tidur dan dibiarkan menyala semalaman.

P.S. Gila saking lama nggak nulis baru sadar ini cuma berakhir jadi draft.
Ditulis 1 Januari 2015.

Pressurized.

Living without any similarity is way better than living with an effort to eliminate the dissimilarity. The pressure is there.